TintaOtentik.co – Wakil Ketua Umum I PP PBSI, Taufik Hidayat, menyatakan kekecewaannya terhadap pencapaian atlet bulutangkis Indonesia sepanjang tahun ini, terutama pada Kejuaraan Bulutangkis Asia 2025 yang baru saja berakhir. Menurutnya, performa para wakil Indonesia mengalami penurunan jika dibandingkan dengan negara-negara lain dalam empat bulan terakhir.
Dari berbagai turnamen yang telah dijalani, Indonesia hanya berhasil meraih satu gelar, yakni di ajang Thailand Masters yang masuk kategori Super 300. Selebihnya, hasil terbaik hanya sebatas menjadi finalis atau semifinalis. Bahkan di Kejuaraan Bulutangkis Asia kali ini, Indonesia pulang tanpa satu gelar pun—untuk pertama kalinya dalam tiga edisi terakhir.
Dua medali perunggu menjadi pencapaian terbaik, diperoleh dari sektor ganda putra dan ganda campuran. Sementara itu, para pemain lainnya terhenti di babak-babak awal.
Menanggapi hasil tersebut, Taufik Hidayat mengungkapkan kekecewaannya. Ia mengatakan, “Ya, sebenarnya Kejuaraan Asia ini sama saja dengan Kejuaraan Dunia, apalagi untuk ganda kan. Ganda kebanyakan dari Asia, Korea, Jepang, China, dan Indonesia juga di sana. Kalau dibilang kecewa, ya kecewa ya.”
Ia juga menyoroti performa tunggal putra Jonatan Christie yang dinilainya kalah telak.
“Dengan hasil sampai di semifinal, dan mempelajari dari kekalahan sebelumnya, apalagi kalahnya jauh. Untuk tunggal putra Jonatan Christie yang kalah jauh juga, makanya setelah ini akan kami evaluasi benar-benar,” tutur Taufik.
Sebagai peraih emas Olimpiade Athena 2004, Taufik menyadari sorotan masyarakat, terutama dari para pecinta bulutangkis. Namun, ia menegaskan bahwa olahraga tidak bisa instan dan butuh waktu untuk membangun regenerasi.
“Mungkin banyak juga di media di Sosmed dengan kepengurusan sekarang kok malah mundur prestasinya? Kita balik lagi olahraga ini tak bisa instan, butuh proses, lebih baik kita ke depannya (kasih) waktu untuk junior. Karena saya lihat terlalu jauh (gap) juga dari senior ke bawahnya. Pokoknya target Olimpiade 2028-lah.”
Sebelumnya, saat Indonesia gagal meraih gelar di tur Eropa, Taufik juga sempat mempertanyakan apa yang sebenarnya masih kurang dari dukungan PBSI terhadap para atlet.
“Ya kan memang butuh waktu juga kan, enggak bisa ya minggu ini, ya minggu depan (hasilnya langsung kelihatan). Saya juga bingung juga gitu loh, makanya mau nanya atletnya, maksudnya apa sih?” katanya.
Taufik juga menyoroti harapan masyarakat yang hanya menuntut hasil tanpa mempedulikan proses di baliknya.
“Kalau masyarakat kan mau diomongin apa juga enggak peduli apalagi badminton lover, yang penting kan ada medali, ada juara, sudah selesai. Mau bobrok, mau enggak, mau bagus, mau enggak, yang penting ada juara itu. Tapi kita jujur sebagai pengurus, apa sih yang kurang buat pemain ini?” ucapnya.
“Iya karena semua sudah ada gitu, fasilitas sama semua. Buat mereka juga kontrak dari sponsor, apa sih yang kurang gitu. Sudah gede semua, coba saja cek berapa duit mereka. Saya bingung juga, kenapa? Mereka mau pelatih siapa, toh kalau memang pelatih kan kita ya sama-sama. Enggak bisa juga satu orang satu pelatih, semaunya dia juga.”
Taufik pun berbicara pengalaman pribadi bersama rekan-rekan saat menjadi atlet terdahulu.
“Toh kita juga dulu semua pemain juga begitu, semua cabang olahraga juga begitu. Enggak bisa dia tentukan sendiri, kecuali dia profesional ya. Dia profesional, dia punya pelatih sendiri, teknik sendiri, apa semua sendiri gitu,” tambahnya.
Menjelang Piala Sudirman, Taufik mengaku masih terus mencari tahu apa yang masih kurang agar para pemain bisa tampil lebih baik.
“Makanya saya ingin juga, setelah ini sebelum berangkat Piala Sudirman itu apalagi sih? Tapi ya itu, anak-anak kadang diminta kayak kemarin, kita kumpulin juga enggak ada gitu. Kurangnya apa sih? Enggak ada yang berani ngomong juga. Bingung juga, tapi semua kaya apa gitu,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa menyalahkan pengurus bukanlah solusi utama. Menurutnya, PBSI sudah memberikan berbagai fasilitas dan dukungan maksimal, namun hasil tetap belum memuaskan.
“Tapi kita enggak bisa-lah, kalau memang menyalah-nyalahin pengurusnya, enggak masalah juga gitu. Tapi ya harus dilihat gitu, maksudnya, apalagi ya dulu kan saya memang paling vokal juga kan untuk bulutangkis minta perbaikan, ternyata satu: memang enggak segampang gitu, kedua: kita sudah kasih semua apa yang dimau atlet, tapi enggak bisa juga, makanya bingung yang salah di mana gitu,” pungkasnya.